Rabu, 31 Desember 2008

MARI KITA SONGSONG UJIAN NASIOANAL TAHUN 2009 DENGAN SIKAP OPTIMISTIS


Ujian nasional merupakan kegiatan penilaian atau evaluasi ? Ujian nasional yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional yang pelaksanaanya dilakukan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ) setiap tahun mengalami perubahan kriteria kelulusan siswa baik siswa SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK. Tujuanya adalah dalam rangka untuk menjamin peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Sebagai lembaga yang berwenang menangani hal tersebut adalah Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan ( LPMP ) yang tersebar di setiap propinsi di Indonesia.
Penilaian sering disamaartikan dengan evaluasi. Sebenarnya istilah penilaian adalah alih bahasa dari istilah assessment, bukan alih bahasa dari istilah evaluation ( evaluasi ). Kedua istilah ini ( penilaian / assessment dan evaluasi / evaluation sebenarnya memiliki persamaan dan perbedaan .( Materi Pelatihan terintegrasi Pengetahuan sosial buku 5, 2004 : 5 ). Persamaanya adalah keduanya memiliki pengertian menilai, atau menentukan nilai sesuatu. Penilaian ( assessment ) digunakan dalam konteks yang lebih sempit dan biasanya dilaksanakan secara internal, yakni oleh orang-orang yang menjadi bagian atau terlibat dalam sistem yang bersangkutan, seperti guru menilai hasil belajar siswa, atau Supervisor menilai guru. Adapun evaluasi digunakan dalam konteks yang lebih luas dan biasanya dilaksanakan secara eksternal.
Ada tiga hal yang saling berkaitan dalam kegiatan evaluasi, yaitu penilaian, pengukuran dan tes. Istilah penilaian diartikan sebagai kegiatan menentukan nilai suatu objek, seperti baik buruk, efektif-tidak efektif, berhasil-tidak berhasil sesuai tidak sesuai dengan kriteria atau tolok ukur yang ditetapkan sebelumnya. Dalam penilaian ada empat unsur pokok yaitu :
1. Objek yang akan dinilai
2. Kriteria sebagai tolok ukur
3. Data tentang objek yang dinilai
4. Pertimbangan keputusan ( judgement ).
Masalah pengukuran dan penilaian ( evaluasi ) pendidikan merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran ( T. Raka Joni, 1984 : 1). Dalam penilaian berbasis kelas yang merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Pengumpulan informasi dapat dilakukan dalam suasana resmi maupun tidak resmi, di dalam atau diluar kelas, menggunakan waktu khusus untuk penilaian aspek sikap/nilai dengan tes atau non tes atau terintegrasi dalam seluruh kegiatan belajar mengajar. Bila informasi tentang hasil belajar siswa telah terkumpul dalam jumlah yang memadai, maka guru perlu membuat keputusan terhadap prestasi siswa ( Materi Pelatihan Terintegrasi Pengetahuan Sosial, buku 5, 2004 : 7 ) :
Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional yang Prosedur Operasional Standar ( POS ) Ujian Nasional ditetapkan oleh BSNP. Sejak tahun 2003 sampai sekarang pelaksanaan Ujian Nasioanal mengundang pro dan kontra. Berbeda dengan ujian nasional sebelumnya dimana ujian nasional tidak secara langsung menentukan seorang siswa lulus atau tidak lulus, kelulusan bukan hanya ditentukan pencapaian ujian nasional tatapi berasal dari pengolahan beberapa nilai. Terlepas dari pro dan kontra yang jelas ujian nasional merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Sehingga jangan sampai hanya melihat ujian nasional sebagai faktor penyebab seorang siswa lulus atau tidak lulus tetapi kepentingan yang lebih luas yaitu peningkatan mutu pendidikan di Indonesia apabila ingin disejajarkan dengan negara lain.
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No 77 Tahun 2008 Tentang Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah(SMA/MA) Tahun Pelajaran 2008/2009.
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No 78 Tahun 2008 tentang Tentang Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMP/MTS/SMPLB), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tahun Pelajaran 2008/2009. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No 82 Tahun 2008 Tentang Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasioanal ( UASBN ) Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar Biasa ( SD/MI/SDLB ) Tahun pelajaran 2008/2009. Dengan terbitnya Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No 77, 78 dan 82 tahun 2008 sejak tanggal 5 Desember 2008 dan diikuti Prosedur Operasi Standar (POS) pelaksanaan UASBN untuk SD/MI/SDLB, Prosedur Operasi Standar (POS) pelaksanaan UN SMP/MTS, SMPLB, SMALB dan SMK serta Prosedur Operasi Standar (POS) pelaksanaan UN SMA/MA. Artinya persiapan untuk menghadapi UASBN dan UN sudah dimulai.
Berdasarkan kesepakatan bersama (BSNP, Depdiknas, dan Depag) diputuskan jadwal Ujian Nasional sebagai berikut :
- SMA/MA (20 -- 24 April 2009)
- SMP/Mts (27 -- 30 April 2009)
- SD/MI (11 -- 13 Mei 2009)
- SMK/SMALB (20 -- 22 April 2009).
Kriteria kelulusan Ujian Nasional untuk SMP/MTS, SMPLB seperti yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 78 Tahun 2008 dan Prosedur Operasi Standar Nomor 1513/BSNP/XII/2008, sebagai berikut :
Peserta UN dinyatakan lulus jika memenuhi standar kelulusan UN
sebagai berikut:
a. Memiliki nilai rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya;
b. Khusus untuk SMK nilai uji kompetensi keahlian minimum 7,00, dengan nilai teori kejuruan minimum 5, nilai uji kompetensi keahlian digunakan untuk menghitung nilai rata-rata UN.
Ujian Nasional dan Ujian Akhir Berstandar Nasional memerlukan biaya mahal termasuk didalamnya dalam hal pengawasan dalam pelaksanaan Ujian Nasional. Oleh karena itu pelaksanaan pengawasan Ujian Nasional harus mendapat perhatian yang ekstra dan super khusus dari pihak terkait yang memiliki kewenangan dalam pelaksanaan UN. Jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak sejalan dengan nafas dan tujuan Ujian nasional itu sendiri. Sebagus apapun aturan yang dibuat kalau tidak dilandasi kemauan dan keinginan yang kuat untuk melaksanakan aturan tersebut maka akan sia-sia hasilnya. Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia akan selalu “ jalan di tempat “ apabila tidak diiringi kemauan untuk mengejar ketertinggalan dengan negara lain serta berusaha untuk menjadi lebih baik...lebih baik ......dan lebiiiiih baiiiiik.
Kaya Kuwe mbok Sedulur !

Selasa, 30 Desember 2008

accesorize

APA ITU DEFINISI BELAJAR DAN TEORI BELAJAR

Windya Shinya kelas VIII SMP N 2 Bobotsari berusaha belajar apa saja. Saat gambar ini diambil sedang mengikuti Jambore Kwarcab 21-23 Desember 2008 di Buper Munjul Luhur desa wisata Karang Banjar Purbalingga.

A. Definisi Belajar
Belajar merupakan istilah yang sering didengar sejak seseorang masih bayi, memasuki masa kanak-kanak dan masa sekolah. Belajar berbicara, belajar berjalan dan sebagainya. Dalam dunia pendidikan banyak sekali pengertian atau definisi belajar secara khusus.Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut : ( Sardiman AM, 2000 ) :
1. Cronbach memberikan definisi : “ Learning is shown by change in behavior as a result of experience “ ( Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman ).
2. Harold spears memberikan batasan: “ Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction “ ( Belajar adalah dilakukan dengan mengamati, membaca, menirukan, mencoba, mendengarkan, mengikuti petunjuk dan pengarahan ).
3. Geoch, mengatakan : “ Learning is a change in performance as a result of practice “ ( Belajar adalah perubahan penampilan sebagai hasil praktik ).
Menurut Gagne belajar adalah suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Lebih lanjut menurut Gagne, setiap kegiatan belajar terdiri atas empat fase yang terjadi secara berurutan yaitu :
Pertama. Fase Aprehensi ( apprehention phase ). Pada fase ini siswa menyadari adanya stimulus yang terkait dengan kegiatan belajar yang akan ia lakukan. Dalam pelajaran IPS, stimulus tersebut bisa berupa materi pelajaran yang terletak pada halaman sebuah buku, latihan soal pada lembar Kerja siswa yang diberikan oleh guru sebagai pekerjaan rumah atau bisa alat peraga yang berguna untuk pemahaman konsep tertentu. Pada fase ini siswa melakukan pencermatan terhadap stimulus tersebut antara lain dengan mencermati ciri-ciri dari stimulus tersebut dan mengamati hal-hal yang ia anggap menarik atau penting.
Kedua. Fase akuisisi ( acquisition phase ). Pada fase ini siswa melakukan akuisisi ( pemerolehan, penyerapan internalisasi ) terhadap berbagai fakta ketrampilan, konsep atau prinsip yang menjadi sasaran dari kegiatan belajar tersebut ).
Ketiga. Fase penyimpanan ( storage phase ). Pada fase ini siswa menyimpan hasil-hasil; kegiatan belajar yang ia diperoleh dalam ingatan jangka pendek ( short-term memory ) dan ingatan jangka panjang ( long-term memory ) .
Keempat. Fase pemanggilan ( retrieval phase ). Pada fase ini siswa berusaha memanggil kembali hasil-hasil dari kegiatan belajar yang telah ia peroleh dan telah ia simpan dalam ingatan, baik itu yang menyangkut fakta, keterampilan konsep maupun prinsip. ( materi Pelatihan Terintegrasi Matematika buku 2, 2005 :14 ).
Menurut Gagne kegiatan belajar manusia dapat dibedakan atas delapan jenis dari jenis belajar yang paling sederhana, yaitu belajar isyarat ( signal learning ) sampai jenis belajar yang paling kompleks, yaitu pemecahan masalah ( problem solving ). Kedelapan jenis belajar itu adalah : belajar isyarat ( signal learning ), belajar stimulus ( stimulus-response learning ), rangkaian gerak ( chaining ), rangkaian verbal ( verbal association ), belajar membedakan ( discrimination learning ), belajar konsep ( concept learning ), belajar aturan ( rule learning ) dan pemecahan masalah ( problem solving ).
Pertama. Belajar isyarat ( signal learning ). Belajar isyarat ( signal learning ) adalah kegiatan yang terjadi secara tidak disadari sebagai akibat dari adanya suatu stimulus tertentu.
Kedua. Belajar stimulus ( stimulus-response learning ). Belajar stimulus ( stimulus-response learning ) adalah kegiatan belajar yang terjadi secara disadari yang berupa dilakukanya suatu kegiatan fisik sebagai reaksi atas adanya suatu stimulus tertentu. Kegiatan fisik yang dilakukan tersebut adalah kegiatan fisik yang dimasa lalu memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi orang yang bersangkutan.
Ketiga. Rangkaian gerak ( chaining ). Rangkaian gerak ( chaining ) merupakan kegiatan yang terdiri atas dua gerakan fisik atau lebih yang dirangkai menjadi satu secara berurutan dalam upaya dalam upaya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Keempat. Rangkaian verbal ( verbal association ). Rangkaian verbal ( verbal association ) merupakan kegiatan merangkai kata-kata atau kalimat-kalimat dengan objek-objek tertentu.
Kelima. Belajar membedakan ( discrimination learning ). Belajar membedakan ( discrimination learning ) merupakan kegiatan mengamati perbedaan antara sesuatu objek yang satu dengan objek yang lain.
Keenam. Belajar konsep ( concept learning ). Belajar konsep ( concept learning ) adalah kegiatan mengenali sifat yang sama yang terdapat pada berbagai objek atau peristiwa dan kemudian memperlakukan objek-objek atau perisiwa-peristiwa itu sebagai suatu kelas disebabkan oleh adanya adanya sifat yang sama tersebut .
Ketujuh. Belajar aturan ( rule learning ). Aturan adalah pernyataan yang memberikan petunjuk kepada individu bagaimana harus bertindak dalam menghadapi situasi-situasi tertentu. Belajar aturan (rule learning ) adalah kegiatan memahami pernyataan-penyataan dan sekaligus menggunakannya pada situasi-situasi yang sesuai.
Kedelapan. Pemecahan masalah ( problem solving ). Pemecahan masalah ( problem solving ). Merupakan kegiatan belajar yang paling kompleks. Untuk dapat memecahkan suatu masalah seseorang memerlukan pengetahuan-pengetahuan dan kemampuan-kemampuan yang ada kaitanya dengan masalah tersebut. Pengetahuan-pengetahuan dan kemampuan-kemampuan itu harus diramu dan diolah secara kreatif dalam rangka memecahkan masalah yang bersangkutan. ( Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika buku 2, 2005 ; 16 ).
Ada pula yang mendefinisikan : Belajar adalah berubah ( NKK, 1979 ). Dalam hal ini yang dimaksud belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Sehingga belajar akan membawa perubahan pada individu-individu yang belajar. Belajar menempatkan seseorang dari status abilitas yang satu ke tingkat abilitas yang lain.
Mengenai perubahan status abilitas itu, menurut Bloom, meliputi tiga ranah/matra, yaitu : matra kognitif, afektif dan psikomotorik. Masing-masing matra atau domain ini di rinci lagi menjadi beberapa jangkauan kemampuan ( level of competency ). Rincian ini dapat disebutkan sebagai berikut ( Materi Pelatihan Terintegrasi Pengetahuan Sosial, buku 1 : 12 ) :


1. Cognitive domain
a. Knowledge ( pengetahuan, ingatan )
b. Comprehension ( pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh )
c. Application ( menerapkan )
d. Analysis ( menguraikan, menentukan hubungan )
e. Synthesis ( mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru )
f. Evaluation ( menilai ).
2. Affective domain :
a. Receiving ( sikap menerima )
b. Responding ( memberikan response )
c. Valuing ( nilai )
d. Organization ( organisasi )
e. Characterization ( karakterisasi )
3. Psychomotor domain :
a. Initiatory level ( tahap mulai melakukan )
b. Pre – routine level ( tahap dapat melakukan dengan benar )
c. Routinesized level ( terampil dan menjadi kebiasaan melakukan dengan benar ).
Dalam kaitanya dengan belajar, UNESCO telah mengeluarkan kategori jenis belajar yang dikenal sebagai empat pilar dalam kegiatan belajar ( A. Suhaenah Suparno, 2000 ) :
1. Learning to know
Pada Learning to know ini terkandung makna bagaimana belajar, dalam hal ini ada tiga aspek : apa yang dipelajari, bagaimana caranya dan siapa yang belajar.
2. Learning to do
Hal ini dikaitkan dengan dunia kerja, membantu seseorang mampu mempersiapkan diri untuk bekerja atau mencari nafkah. Jadi dalam hal ini menekankan perkembangan ketrampilan untuk yang berhubungan dengan dunia kerja.
3. Learning to live together
Belajar ini ditekankan seseorang/pihak yang belajar mampu hidup bersama, dengan memahami orang lain, sejarahnya, budayanya, dan mampu berinteraksi dengan orang lain secara harmonis.
4. Learning to be
Belajar ini ditekankan pada pengembangan potensi insani secara maksimal. Setiap individu didorong untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri. Dengan learning to be seseorang akan mengenal jati diri, memahami kemampuan dan kelemahanya dengan kompetensi-kompetensinya akan membangun pribadi secara utuh.

B. Teori Belajar
Secara teoritik, mengenai teori belajar dan pendekatan pembelajaran itu sebenarnya tidak jauh berbeda. Namun pada tulisan ini dibagi menjadi teori belajar dan pendekatan pembelajaran. Teori belajar lebih menekankan pendekatan psikologis. Sedangkan pendekatan pembelajaran lebih umum dalam proses pembinaan dan peningkatan kualitas, dan ada unsur interaksi dengan yang lain/lingkungan.
Pada mulanya teori-teori belajar dikembangan oleh para ahli psikologi dan tidak dicobakan secara langsung pada manusia di sekolah, melainkan menggunakan percobaan dengan binatang. Mereka beranggapan bahwa hasil percobaanya akan dapat diterapkan pada proses belajar mengajar untuk manusia. Teori-teori ini kemudian berkembang pada suatu stadium yang berdasar atas prinsip conditioning , yakni pembentukan hubungan antara stimulus dan respon ( sardiman AM, 2000 ).
1. Teori Belajar Menurut Jiwa daya
Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari bermacam-macam daya ( Witherington, 1982 ). Masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. Untuk melatih suatu daya itu dapat dipergunakan berbagai cara atau bahan. Sebagai contoh untuk melatih daya ingat dalam belajar misal dengan menghafal kata-kata atau angka, atau istilah asing. Pelajaran IPS memiliki karakteristik yang mengharuskan siswa banyak membaca dan menghapal agar selaput otak meyelin terasah untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Oleh karena itu siswa perlu diberi tugas dengan mengerjakan latihan soal sebanyak-banyaknya.
2. Teori Belajar Menurut Jiwa Gestalt
Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian/unsur. Terkait dengan ini sehingga dalam kegiatan belajar sebenarnya bermula dari pengamatan. Pengamatan itu penting dilakukan secara menyeluruh.
Menurut aliran teori belajar Ilmu Jiwa Gestalt, seorang belajar jika mendapatkan insight ( pengertian atau pemahaman ). Insight ini diperoleh seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi tertentu. Adapun timbulnya Insight itu tergantung ( Materi Pelatihan Trintegrasi Pengtahuan Sosial, buku 1 : 13 ) :
a. Kesanggupan : Maksudnya kesanggupan atau kemampuan intelgensia individu.
b. Pengalaman : Karena belajar, berarti akan mendapatkan pengalaman dan pengalaman itu mempermudah muculnya insight.
c. Taraf Kompleksitas : Semakin kompleks semakin sulit.
d. Latihan : Dengan banyak latihan akan dapat mempertinggi kesanggupan memperoleh insight , dalam situasi-situasi yang bersamaan yang dilatih.
e. Trial and error : Sering seseorang itu tidak dapat memecahkan suatu masalah. Baru setelah mengadakan percobaan-percobaan, seseorang itu dapat menemukan hubungan berbagai unsur dalam problem itu, sehingga akhirnya menemukan insight.
Dari aliran Ilmu Jiwa Gestalt ini memberikan beberapa prinsip belajar yang penting , antara lain :
1). Manusia bereaksi dengan lingkunganya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya.
2). Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
3). Manusia berkembang secara keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa lengkap dengan segala aspek-aspeknya.
4). Belajar adalah perkembangan ke arah diferensiasi yang lebih luas.
5). Belajar hanya berhasil apabila dicapai kematangan untuk memperoleh insight.
6). Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan yang menggerakan seluruh organisme.
7). Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.
8). Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan suatu ibarat suatu bejana yang diisi.
3. Teori Asosiasi
Ilmu Jiwa Asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Dari aliran ini ada dua teori yang sangat terkenal, yakni : Teori Konektionisme dari Throndike dan Teori Conditioning dari Pavlov ( Materi Pelatihan Trintegrasi Pengtahuan Sosial, buku 1 : 13 ) :
4. Teori Konektionisme
Menurut Throndike dasar dari belajar itu adalah asoiasi antara kesan panca indra ( sense impresion ) dengan impuls untuk bertindak ( impuls to action ). Asosiasi yang demikian dinamakan connecting. Dengan kata lain belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, antara aksi dan reaksi. Antara stimulus ini akan terjadi hubungan yang erat kalau dilatih. Berkat latihan yang terus menerus, hubungan antara stimulus dan respon itu akan menjadi terbiasa, otomatis.
a. Teori Conditioning
Seseorang akan melakukan sesuatu kebiasaan karena adanya suatu tanda. Misalnya anak sekolah mendengar lonceng, kemudian berkumpul.
b. Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita itu merupakan konstruksi ( bentukan ) kita sendiri. Von Glaserveld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukan gambaran dari dunia kenyataan yang ada, tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.
Menurut pandangan dan teori konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif dari si subyek belajar untuk mengkonstruksi makna, sesuatu entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain. Belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertianya menjadi berkembang.
Dari beberapa pengertian tentang belajar dan teori belajar, belajar mencakup adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman yang diperoleh melalui fase-fase tertentu. Belajar dimulai dari jenis yang sederhana, yaitu belajar isyarat ( signal learning ) sampai jenis belajar yang paling kompleks ( problem solving ). Belajar sebagai perubahan tingkah laku harus mencakup tiga matra yaitu : kognitif, afektif dan psikimotor. Siswa sebagai subyek belajar harus aktif karena belajar merupakan suatu proses. Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan yang menggerakkan siswa, dan belajar harus memiliki tujuan, tanpa tujuan yang jelas belajar tidak akan mendapatkan keberhasilan.

Senin, 29 Desember 2008

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN YANG KREATIF DAN INOVATIF ?


Perubahan kurikulum 2006 atau KTSP membawa perubahan dalam pembelajaran di kelas. Dalam kurikulum 2006 proses pembelajaran lebih menekankan pada keaktifan siswa dibandingkan dengan peran guru. Guru lebih berperan sebagai fasiltator, motivator dan dinamisator sehingga dalam setiap proses pembelajaran guru mampu menyajikan proses pembelajaran yang diupayakan untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar secara maksimal. Hal ini sesuai dengan sebuah pandangan bahwa siswa mempunyai kemampuan yang sama yang berbeda adalah kemampuan untuk mengeksplorasi potensi yang mereka miliki. Oleh karena itu diperlukan berbagai model pembelajaran yang mampu untuk meningkatkan ketrampilan berpikir siswa. Di negara maju sudah banyak yang menerapkan upaya mengembangkan ketrampilan berpikir siswa yang dikenal dengan istilah HOTs ( High Order Thinking Skills ) yang dipakai untuk meningkatkan efektifitas taksonomi Bloom yang terdiri dari Affective, Behaviour, Cognitive atau ABC ( diambil dari TeacherBlogjob ).
Pendekatan yang dianggap sesuai untuk merangsang keaktifan siswa dengan menggunakan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning ( CTL ) yang merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perananya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat ( M Nur Rokman, Pengembangan Model Pembelajaran Kreatif dan Inofatif, Depdiknas, Universitas Negeri Yogyakarta, 2008: 2 ). Pembelajaran dengan model ceramah yang konvensional dimana proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru, tidak melibatkan keaktifan siswa sudah dianggap ketinggalan jaman. Diharapkan guru mulai beralih dengan menggunakan model-model pembelajaran yang lebih mendorong partisipasi belajar dan keaktifan siswa agar pencapaian hasil belajar lebih optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa.
Berikut adalah beberapa contoh model pembelajaran inovatif yang bernuansa CTL yang diambil dari bahan Diklat Profesi Guru rayon 11 DIY dan Jateng :

1. Reading Guide ( Penuntun Bacaan )
Model ini cocok untuk memahami isi bacaan dalam buku teks atau bacaan lain. Adapun lankah-langkah adalah sebagai berikut :
a. Menentukan bacaan yang akan dipelajari
b. Membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab atau kisi-kisi untuk megerjakan permasalahan berdasarkan bacaan yang dipilih.
c. Membagikan bahan bacaan dengan pertanyaan atau kisi-kisi yang telah disiapkan kepada peserta didik.
d. Tugas peserta didik adalah, mempelajari bacaan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan atau kisi-kisi yang ada. Kegiatan menjawab pertanyaan atau kisi yang ada bisa secara individual atau kelompok. Batasi aktivitas peserta didik sehingga tidak memakan waktu yang berlebihan.
e. Membahas bersama contoh jawaban atau pekerjaan peserta didik. Berikan ulasan atau kesimpulan.
Catatan :
Topik untuk satu pertemuan dapat dibagi menjadi beberapa bacaan dengan pertanyaan atau kisi-kisi masing-masing.

2. Active Debate ( Debat aktif ).
Debat aktif sangat cocok untuk membahas topik-topik yang bersifat kontroversial atau adanya bermacam-macam teori terhadap suatu masalah.
a. Kembangkan sebuah pertanyaan yang terkait dengan persoalan kontroversial yang berhubungan dengan topik pembelajaran.
b. Bagi kelas menjadi kelompok. Kelompok yang kontra dan kelompok yang pro.
c. Masing-masing kelompok yang pro dan yang kontra membentuk sub kelompok dan mengembangkan dan merumuskan argumen-argumen untuk mendukung kelompoknya.
d. Setiap sub kelompok menunjuk seorang juru bicara.
e. Siapkan di depan kelas 2 – 4 kursi ( sesuai jumlah sub kelompok ). Masing-masing juru bicara bicara menempati kursi yang ada di depan kelas. Peserta didik yang lain duduk di belakang juru bicaranya masing-masing ( bisa dimodifikasi )
f. Mulailah sebat dengan menampilkan juru bicara masing-masing secara bergantian antara regu yang pro dan yang kontra dengan argumenya masing-masing.
g. Masing-masing kelompok /sub kelompok mempersiapkan dan menyampaikan bantahan atau argumenya demikian seterusnya dilakukan sampai waktunya dianggap cukup.
h. Setelah selesai para peserta didik kembali ke posisi semula.
i. Refleksi. Adakan refleksi dengan komentar-komentar dari peserta didik. Peserta didik mengidentifikasi argumen-argumen yang dianggap tepat/baik untuk masing-masing kelompok. Guru dapat memberikan respon atau tanggapan.
Catatan :
1. Dalam debat tidak perlu menentukan kelompok mana yang menang/benar dan kelompok mana yang kalah/salah.
2. Sebagai variasi disamping 2 – 4 kursi untuk masing-masing kelompok tambhkan kursi satu kursi kosong untuk menyediakan siapa yang mau berbicara.
3. Usahakan setiap argumen selesai disampaikan diiringi dengan tepuk tangan.

3. Learning Start With A Question ( Belajar dengan diawali Pertanyaan ).
Sama dengan aktif debat model ini sangat cocok untuk memahami suatu bacaan dalam buku teks atau topik bacaan lain.
a. Pilih bahan bacaan atau teks yang sesuai dengan topik dan tagihan kepada peserta didik. Dalam hal ini bacaan yang dimaksud tidak harus dibuat atau di kopi kemudian di bagikan pada peserta didik, tetapi dilakukan dengan memilih bab atau buku pelajaran yang sudah ada.
b. Peserta didik diminta untuk mempelajari bacaan tadi secara sendirian atau berpasangan.
c. Peserta didik diminta untuk memberi tanda pada bagian bacaaan yang tidak dipahami atau ada hal-hal yang perlu dibahas. Jika waktu memungkinkan, beberapa peserta didik atau pasangan tadi digabungkan sehingga menjadi pasangan / kelompok baru. Kelompok baru diminta untuk membahas point-point yang tidak dipahami yang sudah diberi tanda dan kemudian merumuskan pertanyaan tentang materi telah mereka baca dan belum dipahami.
d. Kumpulkan pertanyaan dari masing-masing kelompok.
e. Langkah berikutnya, guru dapat membahas bersama-sma peserta didik dari pertanyaan-pertanyaan yang terkumpul. Atau kalau waktu memungkinkan pertanyaan-pertanyaan dari masing-masing kelompok tadi dikembalikan ke kelompok lain dengan cara silang, masing-masing kelompok memecahkan atau menjawab pertanyaan yang diterima, bisa doikerjakan di kelas, di perpustakaan dengan bahan bacaan yang tersedia.
f. Peserta didik kembali ke posisikeas semula, masing-masing kelompok untuk menyampaikan jawaban-jawabanya atas pertanyaan yang diterima. Kelompok lain bisa menambahkan dan guru memberikan komentar akhir.
Catatan :
Kalau pertanyaan-pertanyaan tadi dibahas bersama : guru dan peserta didik langkah kegiatan kelompok pada huruf e ditiadakan , dan guru cukup memberikan ulasan/kesimpulan.

4. Group resume
Model ini tepat untuk mengembangkan kerja sama, diskusi, dan latihan mempresentasikan suatu masalah di depan kelas.
Langkah-langkah :
a. Bagilah peserta didik menjadi beberapa kelompok kecil 3 – 5 anggota.
b. Berikan permasalahan atau bahan bacaan pada setiap kelompok. Bagikan pula kertas ( kalau bisa ukuran koran ), transparansi, dan alat tulisnya.
c. Setiap kelompok membahas dan memecahkan permaslahan yang diterima, kemudian membuat resume di atas kertas transparansi yang telah dibagikan.
d. Masing-masing kelompok diminta mempresentasikan, dan kelompok lain menanggapi.
e. Berikan respon dan kesimpulan dari materi yang dipelajari atau yang sedang dikaji.

5. Student Teams Achievement Division ( STAD )
Model ini tepat untuk mengembangkan pembelajaran mandiri.
Langkah-langkah yang ditempuh adaah :
a. Bagilah kelas dalam team atau kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 -5 anggota, tiap team /kelompok, diusahakan heterogen baik jenis kelamin maupun kemampuanya.
b. Team-team belajar menggunakan lembar kerja peserta didik ( LKS ) atau alat dan bahan ajar yang lain seperti buku peserta didik, potongan rekaman video, gambar-gambar, foto, atau media lain sesuai dengan topik yang dipelajari.
c. Untuk menguasai bahan ajar itu, masing-masing kelompok membahas, mendiskusikan atau saling bertanya jawab sebagai anggota team.
d. Secara individual atau team, tiap dua minggu sekali diadakan evaluasi terkait dengan penguasaan bahan ajar yang telah dikaji. Kepada peserta didik secara individual atau team yang meraih prestasi ( nilai ) tinggi atau memperoleh skor sempurna ( mencapai standar ) diberi penghargaan ( reward ).

6. Jigsaw
Model ini cocok untuk mengembangkan kerja sama, diskusi, belajar mandiri dan presentasi.
Langkah-langkah yang ditempuh :
a. Bagilah kelas dalam kelompok-kelompok yang bersifat heterogen, terutama dilihat dari kemampuanya. Kelompok ini disebut Home Team.
b. Siapkan bahan ajar dalam bentuk teks, gambar-gambar bebrapa set dengan jumlah kelompok dalam kelas ( satu kelas ada 5 kelompok berarti ada 5 set bahan ajar ).
c. Tiap peserta didik bertanggung jawab mempelajari suatu bagian dari bahan ajar.
d. Setiap peserta didik yang mendapat bagian yang sama dari masing-masing kelompok berbeda berkumpul untuk saling membantu mengkaji bahan yang menjadi tanggung jawabnya. Kumpulan peserta didik ini disebut dengan kelompok pakar ( expert group ).
e. Kelompok home team mendiskusikan hasil kajian yang diperoleh dari kelompok pakar. Untuk memperluas wawasan, kalau waktunya cukup beberpa kelompok bisa menyampaikan presentasi untuk mendapatkan masukan dari kelompok lain.
f. Setelah itu guru melakukan evalusi mengenai bahan yang telah dipelajari.
g. Peserta didik yang berprestasi dan mencapai skor sepurna perlu diberi penghargaaan.

7. Group Investigation
Model ini cocok untuk mengembangkan kerja sama, diskusi, belajar mandiri dan presentasi di depan kelas.
Langkah-langkah yang ditempuh :
a. Guru menjelaskan secara garis besar berbagai permasalahan atau kasus.
b. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 – 6 kelompok.
c. Masing-masing kelompok merencanakan kegiatan belajar dalam kelompok untuk menyelelesaikan tugas atau memcahkan masalah yang dikaji sesuai dengan topik yang dipilih.
d. Kelompok melaksanakan rencana belajar yang disepakati dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar dan mengumpulkan informasi dan fakta yang relevan.
e. Peserta didik melakukan pembahasan, analisis, dan sintesis berbagai informasi dan fakta yang memuat sajian yang menarik dan komunikatif.
f. Kelompok menyajikan hasil kerjanya, agar semua peserta didik dalam kelas dapat memahami semua materi yang dikaji dan sekaligus menambah wawasan setiap peserta didik.
g. Guru melakukan evalusasi secara individual atau kelompok.

8. Numbered Heads Together
Model ini cocok untuk mengembangkan kerja sama, diskusi, belajar mandiri, tanggung jawab dan presentasi di depan kelas.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh :

a. Siswa dibagi dalam kelompo, masing-masing siswa dalam kelompok mendapat nomor.
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakan tugas tersebut.
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok mengetahui jawabanya.
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa, untuk memlaporkan hasil kerjasama kelompok mereka.

9. Examples non Examples
Model ini cocok untuk menarik perhatian dan membangkitkan motivasi siswa terhadap materi baru dalam pembelajaran.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh ;
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru menempelkan atau menayangkan gambar di kelas.
c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan siswa untuk memperhatikan dan menganalisisa gambar.
d. Diskusi kelompok terdiri atas 3 – 5 anggota .
e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
f. Melalui hasil komentar /diskusi siswa guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.
g. Guru memberikan kesimpulan.

10. Picture and Picture.
Model ini cocok untuk menanamkan konsep.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh ;
a. Guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai.
b. Guru menyampaikan materi sebagai pengantar.
c. Guru menunjukan gambar-gambar.
d. Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis.
e. Guru menanyakan alasan pengurutan gamabar.
f. Dari urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep.
g. Kesimpulan.

11. Cooreative script
Model ini cocok untuk mengembangkan pembelajaran berpasangan, rasa tanggung jawab dan memupuk kepercayaan diri.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh :
a. Guru membagi siswa berpasang-pasangan.
b. Guru membagi wacana untuk dibaca dan diringkas.
c. Guru/siswa menetapkan siapa yang pertama sebagai pembicara dan siapa sebagai pendengar.
d. Pembicara menyampaikan ringkasan dengan memasukan ide-ide pokok, sedangkan pendengar menyimak, mengoreksi, dan melengkapi.
e. Siswa bertukar peran antara pembicara dan pendengar.
f. Kesimpulan.

Beberapa contoh model pembelajaran kreatif dan inovatif ini diharapkan dapat membantu guru untuk menjalankan peran dan fungsinya sebagai tenaga pendidik yang profesional. Masing-masing model pembelajaran bisa diadaptasikan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat mengajar. Sekolah di daerah perkotaan tentu sangat berbeda dengan sekolah di pedesaan, didaerah terpencil dan terpencar. Untuk itu dibutuhkan kejelian dan kemampuan khusus guru agar bisa melaksanakan pembelajaran kontekstual dengan menerapkan model-model pembelajaran yang kreatif dan inovatif sesuai dengan kondisi yang ada.
Mudah-mudahan apa yang sudah dipaparkan ada manfaatnya dan dapat dimanfaatkan oleh mereka yang sangat membutuhkan dan tidak bisa diperoleh melalui diklat dan workshop.Oleh karena itu mari berbagi informasi demi peningkatan profesionalisme guru, apabila ada informasi baru atau yang mungkin berguna dengan senang hati akan diterima bisa melalui kontak email. Bravo ! GURU

Minggu, 28 Desember 2008

DARI GURU UNTUK GURU


Dari beberapa penelitian dan informasi dari berbagai sumber menjelaskan bahwa guru merupakan salah satu faktor terpenting dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa. Tingginya kualifikasi guru dapat memaksimalkan kemampuan dan potensi siswa untuk menemukan standar prestasi akademik yang tinggi. Hakikinya adalah guru yang baik sangat dibutuhkan untuk mendekatkan kesenjangan pencapaian kemampuan siswa dan menjamin bahwa tidak ada siswa yang tertinggal dalam belajar. Untuk meningkatkan kualifikasi guru agar lebih profesional sudah saatnya memanfatkan teknologi komunikasi dari Guru Untuk Guru ( GUG ). Upaya ini harus didukung oleh upaya-upaya yang dilakukan guru di kelas yang berasal dari berbagai tempat yang sudah dapat dibuktikan bahwa apa yang dilakukan mampu untuk mengurangi kesenjangan pencapaian belajar siswa secara maksimal. Upaya-upaya yang dilakukan dikelas diteruskan dalam sanggar kerja pengembangan profesi, sanggar kerja yang menggunakan teknologi komunikasi yang maju, atau juga berbagi informasi baru melalui email.
Jabatan guru sebagai sebuah profesi harus selalu didorong oleh kemauan untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya, tetapi kadang bahkan sering kali seorang guru tidak memiliki kesempatan yang sama dengan guru yang beruntung untuk mengikuti diklat dan workshop yang diselenggarakan oleh instansi terkait. Hal yang demikian terjadi untuk waktu yang begitu lama sehingga ketika seorang guru dituntut untuk mengikuti uji kompetensi maka hasil uji kompetensi sempat membuat tercengang dari berbagai kalangan. Guru dicap tidak layak karena nilai yang diperoleh dibawah standar. Disadari atau tidak, sebetulnya sangat tidak adil ketika seorang guru yang lulus dari pendidikan guru atau perguruan tinggi sekian tahun yang lampau dengan pengetahuan yang mereka peroleh tetap sama dengan ketika mereka mengikuti uji kompetensi sementara mereka tidak pernah berkesempatan meningkatkan kemampuan profesionalnya untuk menyesuaikan dengan kurikulum yang selalu berubah karena perkembangan jaman serta pengaruh teknologii informasi dan komunikasi global. Perubahan kurikulum yang terlalu cepat, dari kurikulum 2004 atau KBK menjadi kurikulum 2006 atau KTSP sangat menyengsarakan guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan. Hal ini perlu diperhatikan karena proses transformasi tentang perubahan kurikulum 1999 menjadi kurikulum 2004 itu berjalan lambat sesuai dengan hirarki. Apa yang sudah disampaikan dari pusat tentang kurikulum tersebut tidak serta merta diketahui oleh guru sebagai pelaksana ( bukan guru yang mengikuti diklat/workshop ). Sebagai ilustrasi bisa digambarkan sebagai berikut: kurikulum 2004 akan mulai diberlakukan dengan proses transformasi , guru dari propinsi mengikuti diklat tingkat nasional atau mungkin tenaga bukan guru dalam hal ini dosen perguruan tinggi. Setelah itu dalam jangka waktu yang agak lama mengundang guru dari kabupaten ke propinsi yang jumlahnya terbatas, yang terakhir adalah ada beberapa guru yang mengikuti workshop tingkat kabupaten untuk menularkan kepada rekan-rekanya di sekolah.
Untuk mengetahui dan memahami tentang kurikulum baru butuh waktu lama, melalui dialog dan diskusi bahkan kadang melalui perdebatan yang sengit tentang persepsi terhadap hal-hal baru yang sama-sama belum dipahami secara mendalam karena proses transformasi yang masih mentah. Melalui proses yang panjang guru mulai agak memahami tentang kurikulum 2004, yang kemudian tiba-tiba muncul kurikulum 2006 atau KTSP. Perubahan tersebut menyebabkan terjadinya proses pengulangan dari nol lagi. Kurikulum memang harus selalu berubah tetapi yang terpenting adalah substansinya bukan kulitnya. Ada beberapa kawan yang kadang berseloroh, tentang perubahan nama SMP diganti SLTP, kemudian diganti lagi menjadi SMP terus dari semester diganti cawu lalu diganti lagi menjadi semester. Ini merupakan pemborosan tenaga dan pikiran. Mudah-mudahan pengembang kurikulum dalam hal ini Balitbang dan Puskur tidak lagi berpikir untuk merubah nama. Itu kalau mereka ingat kata William Shakespeare, apalah arti sebuah nama sehingga tidak perlu bolak balik ganti nama atau istilah.
Dari apa yang diuraikan diatas bisa kita renungkan lagi bahwa proses peralihan informasi yang lama dan dan berjalan lambat turut menentukan proses peningkatan profesionalisme guru sehingga tidak sesuai dengan harapan banyak orang. Untuk itu manfaatkanlah teknologi komunikasi dan informasi untuk saling berbagi informasi tentang pembelajaran di kelas yang nyata-nyata efektif siapa tahu berguna bagi orang lain. Dengan cara demikian guru tidak harus menunggu bahkan mencari kesempatan untuk berpartisipasi mengikuti diklat-diklat. Tetapi guru secara proaktif dengan insiatif sendiri mencari cara supaya terjalin komunikasi secara luas dalam lingkup negara kita Indonesia bahkan kalau perlu lingkup dunia. Yang dibutuhkan adalah informasinya bukan caranya. Ada yang setuju untuk menjalin komunikasi dari Guru Untuk Guru ( GUG ) ? yakinlah bahwa pemerintah akan memfasilitasi insiatif dari guru dalam rangka peningkatan profesiolisme secara berkelanjutan. Sekali lagi, HIDUP GURU !!!!

Digital Education's Mungkinkah ?

DIGITAL EDUCATION's mungkinkah ?

Berdasarkan berita dari berbagai media dan penjelasan dari instansi yang terkait dengan dunia pendidikan di Indonesia dapat diketahui bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari angka standar kelulusan yang masih sangat rendah yaitu dengan batas nilai rata-rata kelulusan 5,25 pada tahun 2009 dinaikan menjadi 5,50 ( berdasarkan kriteria kelulusan untuk SMP/MTs ). Angka tersebut walaupun ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ). Angka ini masih dibawah nilai rata-rata kebanyakan negara-negar di Asia. Untuk meningkatkan dan menjamin mutu pendidikan di Indonesia maka Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan ( LPMP ) antara lain menyelenggarakan program sertifikasi guru dalam jabatan melalui penyusunan portofolio, melalui jalur pendidikan profesi maupun Pendidikan Latihan profesi Guru ( PLPG ) bagi yang tidak lulus melalui jalur portofolio. Tujuanya adalah meningkatkan profesionalisme pendidik atau guru sesuai dengan amanat UU No 14 tahun 2005 tentangUndang-Undang Guru dan Dosen.

Mutu dan kualitas “ pendidikan di Indonesia yang masih rendah “ ( belum bermutu dan belum berkualitas ). Siapa yang dianggap paling bersalah ? Yang pertama, kali disalahkan adalah lembaga pendidikan yang menjadi penyelenggara pendidikan tertentu yaitu satuan pendidikan yang menghasilkan lulusan. Yang kedua, guru dianggap memiliki andil yang besar terhadap mutu lulusan dalam pendidikan di Indonesia, sehingga Departemen Pendidikan nasional memandang perlu untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya agar dapat memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia.

Sebagai guru sekaligus sebagai pendidik sudah seharusnya menyambut program pemerintah dalam rangka peningkataan ( perbaikan ? ) mutu pendidikan dengan meningkatkan kualitas pengetahuan dan pengalaman baik melalui bacaan, seminar, diklat-diklat atau yang lainya agar tidak ketinggalan jaman di bidang intelektualitasnya. Salah satu alternatif yang bisa dijadikan media pengembangan kemampuan intelektual dan kompetensi pendidik adalah melalui layanan internet. Tetapi apakah itu mungkin ? karena tidak semua personal mau mengenalkan dirinya terhadap berbagai kemudahan yang ditawarkan melalui dunia maya untuk menambah pengetahuan, dengan satu kali klik saja maka jendela dunia sudah terbuka lebar.

Dari yang saya baca dan telusuri melalui internet, di beberapa negara yang sudah maju guru dengan mudah mengakses layanan yang sangat dibutuhkan guru atau calon guru seperti educationamerican.net. Job Search, serta berbagai layanan ebook sebagai refensi dan banyak sekali layanan non pemerintah yang berbicara tentang pendidikan pada umumnya dan tentang guru pada khususnya. Di Indonesia saya yakin sudah banyak terdapat layanan internet milik pemerintah seperti Depdiknas, Jardiknas dan yang lainya. Keberadaan layanan internet tersebut belum diketahui secara luas baik bagi guru maupun siswa karena tidak semua sekolah memiliki sarana untuk mengakses. Apabila semua sekolah sudah memiliki fasiltas yang memadai untuk itu maka bukan tidak mungkin Digital Education's ( Pendidikan secara Digital ) bisa dilaksanakan. Guru akan memiliki kelompok blog tentang guru sehingga dengan mudah bisa berkomunikasi dengan sesama guru untuk berbagi pengalaman. Semakin banyak pengalaman yang diperoleh baik yang dialami sendiri atau merupakan pengalaman orang lain akan sangat membantu terhadap bidang kerjanya. Mari kita coba untuk membentuk , ‘’ BLOGGURU’’ agar bisa saling bertukar pengalaman dan informasi melalui pendidikan secara digital ( Digital Education's ).

Salam hormat.

Kalau bukan guru yang BUAT , “ SAPA MANING


Jumat, 26 Desember 2008

APA ITU SCAMMER ?

Pernahkah anda tiba-tiba mendapat email dari orang yang sama sekali tidak anda kenal ? Jangan percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan dalam mail mereka. Biasanya mereka menjelaskan bahwa mereka tahu alamat email anda dari profil yang mereka cari di web atau memang anda mengikuti dalam kontak-kontak tertentu sebagai awal untuk menjalin kontak. Tentu saja yang disampaikan adalah mengajak untuk berkenalan, dengan atau pura-pura mencari sahabat dan ada juga yang sedang pura-pura mencari pasangan untuk membuat sebuah perangkap.

Begitu email yang dikirimkan mendapat balasan dari anda , pada email yang berikutnya mereka menceriterakan bahwa mereka hidup sendirian karena orang tuanya telah meninggal. Ada yang meninggal karena kecelakaan pesawat terbang, tabrakan mobil, atau meninggal karena adanya perang saudara di negara mereka sehingga sekarang tinggal di kamp pengungsian di negara tetangga. Tujuanya adalah untuk mencari simpati dari anda dan yang lebih hebat lagi adalah dilampirkan juga foto-foto mereka, untuk menambah kepercayaan. Dijelaskan juga bahwa mereka punya deposito yang akan ditransfer ke rekening anda ( orang yang ada di luar negaranya ), dengan perjanjian sekian persen untuk diberikan pada anda dari sejumlah uang jutaan dolar amerika agar mereka bisa keluar dari ancaman yang terjadi di negaranya sekaligus bersedia untuk menjadi istri anda kalau anda masih sendirian. Apa ini nggak menarik bagi “kaum pria hidung belang ?”

Untuk keperluan tersebut mereka membutuhkan data-data tentang diri anda seperti :

1. Nama lengkap

2. Tempat tanggal lahir

3. jabatan di tempat kerja

4. Alamat lengkap tempat tinggal

5. Alamat lengkap tempat bekerja.

6. Hoby

7. No telpon rumah, Ponsel dan No faks

8. Foto / scan SIM / KTP

Setelah data diri anda dikirimkan ke sana untuk disampaikan pada bank tempat rekening atau warisan yang mereka miliki, bank akan mengatur proses pemindahan rekening ke rekening anda. Setelah proses transfer selesai anda diminta untuk mengambil sejumlah uang untuk mengatur proses pembuatan visa / paspor agar mereka bisa datang ke negara anda. Itu menurut versi mereka. Kenyataanya adalah nanti anda akan dimintai sejumlah uang dengan berbagai alasan agar bisa bertemu. Mungkin mereka kekurangan uang untuk membeli tiket pesawat sehingga minta tolong untuk dipinjami dan akan dikembalikan setelah saling bertemu. Apabila anda mau memberikan uang pada mereka berarti anda sudah menjadi korban para Scammmer.

Scammer adalah orang yang berusaha untuk mengambil uang dari orang lain dengan berbagai macam alasan melalui layanan internet baik melalui kontak email setelah jebakan mereka berhasil menemukan sasaran. Mereka pura-pura jadi perempuan padahal mereka laki-laki. Dengan menggunakan foto-foto perempuan mereka berusaha menipu kita. “JADI HATI-HATI TERHADAP PARA SCAMMER” jangan sampai jadi korban mereka.


Rabu, 24 Desember 2008

JAMBORE KWARCAB PBG 21-23-08


Gerakan Pramuka Kwarcab Purbalingga baru-baru ini menyelenggarakan perkemahan penggalang / jambore yang dilaksanakan di bumi perkemahan Munjul Luhur, desa Karangbanjar kabupaten Purbalingga. Peserta yang ditargetkan panitia sebanyak 2000 peserta penggalang putra / penggalang putri dari 90 pangkalan yang berasal dari SMP/Mts negeri dan swasta di kabupaten Purbalingga, ternyata hanya diikuti oleh 524 peserta penggalang putra dan 567 peserta penggalang putri. Perkemahan kali ini dilaksanakan dalam rangka menjalankan program kegiatan/agenda yang sudah ditetapkan oleh gerakan pramuka Kwarcab Purbalingga. Tema yang dipilih adalah “ Bersama, Ceria, Berkarya “.
Sesuai dengan tema diatas berbagai kegiatan yang dilaksanakan sebagai materi lomba yaitu :
1. Hasta karya, melukis dan kaligrafi.
2. Pionering, membuat menara ( regu putra ) dan jembatan tali ( regu putri )
3. Langkah pramuka
4. Out Bond.
5. Memasak
6. Menyanyikan lagu-lagu nasional.
7. Adzan ( penggalang putra )
8. Yel-yel.
Sebelum upacara pembukaan peserta mengawali kegiatan mengikuti lomba hasta karya dengan membuat kerajinan dari bahan alami. Penggalang putra membuat hanger /gantungan baju sedangkan penggalang putri membuat karangan bunga. Lomba hasta karya ternyata mampu mempertunjukan kreativitas para peserta hal ini dibuktikan dengan berbagai macam model gantungan baju dan karangan bunga yang berhasil di kumpulkan panitia penyelenggara. Setelah itu diadakan upacara pembukaan yang antara lain dihadiri oleh kepala Dinas Pendidikan kabupaten Purbalingga Drs Suyitno. Secara resmi upacara pembukaan perkemahan jambore kwartir cabang Purbalingga pada hari minggu tanggal 21 Desember 2008 pukul 15.00 WIB.
SMP Negeri 2 Bobotsari turut berpartisipasi dalam jambore kwarcab Purbalingga dengan mengikutsertakan satu regu putra dan satu regu putri yang masing-masing beranggotakan 12 penggalang. Dengan persiapan yang serba terbatas karena pemberitahuan tentang kegiatan jambore satu minggu sebelum ulangan semester gasal maka waktu berlatih hanya satu minggu. Dengan segala keterbatasan yang ada penggalang dari pangkalan SMP Negeri 2 Bobotsari berusaha untuk mengikuti segala bentuk kegiatan dengan penuh semangat. Yang ada dalam pikiran dan dada mereka adalB ah berkompestisi untuk menjadi yang terbaik. Mereka tidak mengenal kata menyerah, walaupun lomba yang diikuti diiringi dengan gerimis dan rintik air hujan. Mereka sadar bahwa pesaing-pesaingnya merupakan rival yang berat, terutama sekolah-sekolah yang ada di perkotaan.
Akhirnya perjuangan dan kerja keras penggalang dari pangkalan SMP Negeri 2 Bobotsari berhasil

Selasa, 09 Desember 2008

Diklat PLPG


Diklat Pendidikan dan Latihan Profesi Guru ( PLPG ), yang diselenggarakan oleh Rayon 11, diikuti kurang lebih 5200 Guru, diselenggarakan mulai gelombang pertama tanggal 26 Oktober 2008 dan gelombang terakhir pada bulan Desember 2008. Tiap peserta terbagi dalam beberapa gelombang untuk mengikuti Diklat PLPG selama 10 hari mulai pukul 07.30 - 21.30. Pada pukul 05.00 pagi hari mengikuti senam sehingga ketika mengikuti kegiatan badan merasa lebih segar. Karena kegiatan yang harus diikuti sangat padat maka kesehatan harus terjaga. Selain dengan berolah raga penyelenggara jugamenyajikan makanan dengan menu makanan yang memenuhi standar makan yang masuk kategori sehat, layak dan bergizi.
Materi diklat antara lain berisi tentang kompetensi paedagogik, kompetensi profesional, kompetensi, sosial dan kompetensi kepribadian. Para peserta diklat dikelompokan dalam kelompok sesuai dengan mata pelajaran yang diampu oleh peserta , baik guru TK, SD, SMP dan SMA. Kegiatan pelatihan dimulai dengan pembukaan, pendidikan dan pelatihan berupa penyajian materi oleh assesor dan kegiatan Peer teaching diakhiri dengan Evaluasi , keduanya untuk menentukan seorang peserta lulus atau tidak lulus.
Peserta diklat gelombang V dimulai tanggal 6 Nopember sampai tanggal 15 Nopember 2008 . Kelas IPS SMP ( A ) diklat mengacu pada pembelajaran IPS terpadu. Pembelajaran IPS Terpadu lebih menekankan pada pembelajaran mata pelajaran IPS sebagai satu kesatuan yang bersifat tematik dalam proses pembelajaran. Diharapkan tidak ada lagi guru IPS sejarah, IPS ekonomi, dan IPS geografi atau guru Sosiologi di satuan pendidikan SMP. karena peserta diklat IPS SMP berasal dari latar belakang pendidikan yang terdiri dari Guru IPS sejarah, ekonomi, geografi dan sosiologi maka khusus kelas IPS SMP ( A ) di uji cobakan model pembelajaran ber-team ( Team Teaching ). Artinya dalam proses pembelajaran guru menyiapkan materi sesuai dengan Standar Kompetensi ( SK ) dan kompetensi dasar ( KD ) yang dirancang oleh guru IPS ekonomi, sejarah, geografi dan sosiologi dalam semester tertentu dan kelas tertentu untuk disajikan secara ber-team. Harapanya adalah mata pelajaran IPS SMP tidak lagi dilaksanakan terpiasah seperti pada satuan pendidikan di SMA. Hal ini dilakukan karena guru IPS SMP belum ada yang memiliki ijazah IPS Terpadu. Apabila guru IPS lulusan Lembaga Pendidikan tenaga kependidikan sudah meluluskan sarjana pendidikan yang berlatar belakang IPS Terpadu maka pembelajaran tidak lagi dilakukan secara ber-team.
Model pembelajaran tersebut diatas tentu saja banyak hambatan dan kendala mulai dari pembagian jam mengajar maupun dengan kegiatan pembuatan jadwal mengajar. Bagi sekolah yang gurunya mengalami kekurangan jam mengajar kurang dari 24, model ini adalah salah satu solusi untuk memenuhi syarat guru yang bersertifikat harus mengajar minimal 24 jam. Kemudian dalam satu kelas diajar oleh dua atau tiga orang guru memberi peluang guru tertentu yang kurang bertanggungjawab terhadap tugas dan kewajiban meninggalkan tugas karena sudah ada guru lain. Apapun kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran ber-team sebagai guru profesional layak untuk selalu mengikuti setiap perubahan dalam pembelajaran yang terjadi setiap waktu. Hal ini berkaitan erat dengan fungsi mata pelajaran IPS yaitu " MEMBENTUK SISWA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK ". Guru mata pelajaran IPS harus mampu untuk memikul tugas berat tersebut. Karena ada pepatah yang mengatakan " Kesalahan dalam pembelajaran IPA yang menjadi korban satu atau dua orang sedangkan kelsalahan dalam pembelajaran IPS yang menjadi korban adalah satu bangsa "
Sebagai guru IPS tentu saja kita harus bersikap terbuka untuk mau berubah demi pendidikan moral bangsa. Oleh karena itu mari kita sambut paradigma baru dalam pembelajaran IPS dengan pikiran yang jernih, tidak berfikir terkotak-kotak agar peserta didik memperoleh apa yang harus mereka peroleh. Bravo Guru IPS SMP se Indonesia !!