Senin, 29 Desember 2008

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN YANG KREATIF DAN INOVATIF ?


Perubahan kurikulum 2006 atau KTSP membawa perubahan dalam pembelajaran di kelas. Dalam kurikulum 2006 proses pembelajaran lebih menekankan pada keaktifan siswa dibandingkan dengan peran guru. Guru lebih berperan sebagai fasiltator, motivator dan dinamisator sehingga dalam setiap proses pembelajaran guru mampu menyajikan proses pembelajaran yang diupayakan untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar secara maksimal. Hal ini sesuai dengan sebuah pandangan bahwa siswa mempunyai kemampuan yang sama yang berbeda adalah kemampuan untuk mengeksplorasi potensi yang mereka miliki. Oleh karena itu diperlukan berbagai model pembelajaran yang mampu untuk meningkatkan ketrampilan berpikir siswa. Di negara maju sudah banyak yang menerapkan upaya mengembangkan ketrampilan berpikir siswa yang dikenal dengan istilah HOTs ( High Order Thinking Skills ) yang dipakai untuk meningkatkan efektifitas taksonomi Bloom yang terdiri dari Affective, Behaviour, Cognitive atau ABC ( diambil dari TeacherBlogjob ).
Pendekatan yang dianggap sesuai untuk merangsang keaktifan siswa dengan menggunakan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning ( CTL ) yang merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perananya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat ( M Nur Rokman, Pengembangan Model Pembelajaran Kreatif dan Inofatif, Depdiknas, Universitas Negeri Yogyakarta, 2008: 2 ). Pembelajaran dengan model ceramah yang konvensional dimana proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru, tidak melibatkan keaktifan siswa sudah dianggap ketinggalan jaman. Diharapkan guru mulai beralih dengan menggunakan model-model pembelajaran yang lebih mendorong partisipasi belajar dan keaktifan siswa agar pencapaian hasil belajar lebih optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa.
Berikut adalah beberapa contoh model pembelajaran inovatif yang bernuansa CTL yang diambil dari bahan Diklat Profesi Guru rayon 11 DIY dan Jateng :

1. Reading Guide ( Penuntun Bacaan )
Model ini cocok untuk memahami isi bacaan dalam buku teks atau bacaan lain. Adapun lankah-langkah adalah sebagai berikut :
a. Menentukan bacaan yang akan dipelajari
b. Membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab atau kisi-kisi untuk megerjakan permasalahan berdasarkan bacaan yang dipilih.
c. Membagikan bahan bacaan dengan pertanyaan atau kisi-kisi yang telah disiapkan kepada peserta didik.
d. Tugas peserta didik adalah, mempelajari bacaan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan atau kisi-kisi yang ada. Kegiatan menjawab pertanyaan atau kisi yang ada bisa secara individual atau kelompok. Batasi aktivitas peserta didik sehingga tidak memakan waktu yang berlebihan.
e. Membahas bersama contoh jawaban atau pekerjaan peserta didik. Berikan ulasan atau kesimpulan.
Catatan :
Topik untuk satu pertemuan dapat dibagi menjadi beberapa bacaan dengan pertanyaan atau kisi-kisi masing-masing.

2. Active Debate ( Debat aktif ).
Debat aktif sangat cocok untuk membahas topik-topik yang bersifat kontroversial atau adanya bermacam-macam teori terhadap suatu masalah.
a. Kembangkan sebuah pertanyaan yang terkait dengan persoalan kontroversial yang berhubungan dengan topik pembelajaran.
b. Bagi kelas menjadi kelompok. Kelompok yang kontra dan kelompok yang pro.
c. Masing-masing kelompok yang pro dan yang kontra membentuk sub kelompok dan mengembangkan dan merumuskan argumen-argumen untuk mendukung kelompoknya.
d. Setiap sub kelompok menunjuk seorang juru bicara.
e. Siapkan di depan kelas 2 – 4 kursi ( sesuai jumlah sub kelompok ). Masing-masing juru bicara bicara menempati kursi yang ada di depan kelas. Peserta didik yang lain duduk di belakang juru bicaranya masing-masing ( bisa dimodifikasi )
f. Mulailah sebat dengan menampilkan juru bicara masing-masing secara bergantian antara regu yang pro dan yang kontra dengan argumenya masing-masing.
g. Masing-masing kelompok /sub kelompok mempersiapkan dan menyampaikan bantahan atau argumenya demikian seterusnya dilakukan sampai waktunya dianggap cukup.
h. Setelah selesai para peserta didik kembali ke posisi semula.
i. Refleksi. Adakan refleksi dengan komentar-komentar dari peserta didik. Peserta didik mengidentifikasi argumen-argumen yang dianggap tepat/baik untuk masing-masing kelompok. Guru dapat memberikan respon atau tanggapan.
Catatan :
1. Dalam debat tidak perlu menentukan kelompok mana yang menang/benar dan kelompok mana yang kalah/salah.
2. Sebagai variasi disamping 2 – 4 kursi untuk masing-masing kelompok tambhkan kursi satu kursi kosong untuk menyediakan siapa yang mau berbicara.
3. Usahakan setiap argumen selesai disampaikan diiringi dengan tepuk tangan.

3. Learning Start With A Question ( Belajar dengan diawali Pertanyaan ).
Sama dengan aktif debat model ini sangat cocok untuk memahami suatu bacaan dalam buku teks atau topik bacaan lain.
a. Pilih bahan bacaan atau teks yang sesuai dengan topik dan tagihan kepada peserta didik. Dalam hal ini bacaan yang dimaksud tidak harus dibuat atau di kopi kemudian di bagikan pada peserta didik, tetapi dilakukan dengan memilih bab atau buku pelajaran yang sudah ada.
b. Peserta didik diminta untuk mempelajari bacaan tadi secara sendirian atau berpasangan.
c. Peserta didik diminta untuk memberi tanda pada bagian bacaaan yang tidak dipahami atau ada hal-hal yang perlu dibahas. Jika waktu memungkinkan, beberapa peserta didik atau pasangan tadi digabungkan sehingga menjadi pasangan / kelompok baru. Kelompok baru diminta untuk membahas point-point yang tidak dipahami yang sudah diberi tanda dan kemudian merumuskan pertanyaan tentang materi telah mereka baca dan belum dipahami.
d. Kumpulkan pertanyaan dari masing-masing kelompok.
e. Langkah berikutnya, guru dapat membahas bersama-sma peserta didik dari pertanyaan-pertanyaan yang terkumpul. Atau kalau waktu memungkinkan pertanyaan-pertanyaan dari masing-masing kelompok tadi dikembalikan ke kelompok lain dengan cara silang, masing-masing kelompok memecahkan atau menjawab pertanyaan yang diterima, bisa doikerjakan di kelas, di perpustakaan dengan bahan bacaan yang tersedia.
f. Peserta didik kembali ke posisikeas semula, masing-masing kelompok untuk menyampaikan jawaban-jawabanya atas pertanyaan yang diterima. Kelompok lain bisa menambahkan dan guru memberikan komentar akhir.
Catatan :
Kalau pertanyaan-pertanyaan tadi dibahas bersama : guru dan peserta didik langkah kegiatan kelompok pada huruf e ditiadakan , dan guru cukup memberikan ulasan/kesimpulan.

4. Group resume
Model ini tepat untuk mengembangkan kerja sama, diskusi, dan latihan mempresentasikan suatu masalah di depan kelas.
Langkah-langkah :
a. Bagilah peserta didik menjadi beberapa kelompok kecil 3 – 5 anggota.
b. Berikan permasalahan atau bahan bacaan pada setiap kelompok. Bagikan pula kertas ( kalau bisa ukuran koran ), transparansi, dan alat tulisnya.
c. Setiap kelompok membahas dan memecahkan permaslahan yang diterima, kemudian membuat resume di atas kertas transparansi yang telah dibagikan.
d. Masing-masing kelompok diminta mempresentasikan, dan kelompok lain menanggapi.
e. Berikan respon dan kesimpulan dari materi yang dipelajari atau yang sedang dikaji.

5. Student Teams Achievement Division ( STAD )
Model ini tepat untuk mengembangkan pembelajaran mandiri.
Langkah-langkah yang ditempuh adaah :
a. Bagilah kelas dalam team atau kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 -5 anggota, tiap team /kelompok, diusahakan heterogen baik jenis kelamin maupun kemampuanya.
b. Team-team belajar menggunakan lembar kerja peserta didik ( LKS ) atau alat dan bahan ajar yang lain seperti buku peserta didik, potongan rekaman video, gambar-gambar, foto, atau media lain sesuai dengan topik yang dipelajari.
c. Untuk menguasai bahan ajar itu, masing-masing kelompok membahas, mendiskusikan atau saling bertanya jawab sebagai anggota team.
d. Secara individual atau team, tiap dua minggu sekali diadakan evaluasi terkait dengan penguasaan bahan ajar yang telah dikaji. Kepada peserta didik secara individual atau team yang meraih prestasi ( nilai ) tinggi atau memperoleh skor sempurna ( mencapai standar ) diberi penghargaan ( reward ).

6. Jigsaw
Model ini cocok untuk mengembangkan kerja sama, diskusi, belajar mandiri dan presentasi.
Langkah-langkah yang ditempuh :
a. Bagilah kelas dalam kelompok-kelompok yang bersifat heterogen, terutama dilihat dari kemampuanya. Kelompok ini disebut Home Team.
b. Siapkan bahan ajar dalam bentuk teks, gambar-gambar bebrapa set dengan jumlah kelompok dalam kelas ( satu kelas ada 5 kelompok berarti ada 5 set bahan ajar ).
c. Tiap peserta didik bertanggung jawab mempelajari suatu bagian dari bahan ajar.
d. Setiap peserta didik yang mendapat bagian yang sama dari masing-masing kelompok berbeda berkumpul untuk saling membantu mengkaji bahan yang menjadi tanggung jawabnya. Kumpulan peserta didik ini disebut dengan kelompok pakar ( expert group ).
e. Kelompok home team mendiskusikan hasil kajian yang diperoleh dari kelompok pakar. Untuk memperluas wawasan, kalau waktunya cukup beberpa kelompok bisa menyampaikan presentasi untuk mendapatkan masukan dari kelompok lain.
f. Setelah itu guru melakukan evalusi mengenai bahan yang telah dipelajari.
g. Peserta didik yang berprestasi dan mencapai skor sepurna perlu diberi penghargaaan.

7. Group Investigation
Model ini cocok untuk mengembangkan kerja sama, diskusi, belajar mandiri dan presentasi di depan kelas.
Langkah-langkah yang ditempuh :
a. Guru menjelaskan secara garis besar berbagai permasalahan atau kasus.
b. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 – 6 kelompok.
c. Masing-masing kelompok merencanakan kegiatan belajar dalam kelompok untuk menyelelesaikan tugas atau memcahkan masalah yang dikaji sesuai dengan topik yang dipilih.
d. Kelompok melaksanakan rencana belajar yang disepakati dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar dan mengumpulkan informasi dan fakta yang relevan.
e. Peserta didik melakukan pembahasan, analisis, dan sintesis berbagai informasi dan fakta yang memuat sajian yang menarik dan komunikatif.
f. Kelompok menyajikan hasil kerjanya, agar semua peserta didik dalam kelas dapat memahami semua materi yang dikaji dan sekaligus menambah wawasan setiap peserta didik.
g. Guru melakukan evalusasi secara individual atau kelompok.

8. Numbered Heads Together
Model ini cocok untuk mengembangkan kerja sama, diskusi, belajar mandiri, tanggung jawab dan presentasi di depan kelas.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh :

a. Siswa dibagi dalam kelompo, masing-masing siswa dalam kelompok mendapat nomor.
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakan tugas tersebut.
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok mengetahui jawabanya.
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa, untuk memlaporkan hasil kerjasama kelompok mereka.

9. Examples non Examples
Model ini cocok untuk menarik perhatian dan membangkitkan motivasi siswa terhadap materi baru dalam pembelajaran.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh ;
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru menempelkan atau menayangkan gambar di kelas.
c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan siswa untuk memperhatikan dan menganalisisa gambar.
d. Diskusi kelompok terdiri atas 3 – 5 anggota .
e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
f. Melalui hasil komentar /diskusi siswa guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.
g. Guru memberikan kesimpulan.

10. Picture and Picture.
Model ini cocok untuk menanamkan konsep.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh ;
a. Guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai.
b. Guru menyampaikan materi sebagai pengantar.
c. Guru menunjukan gambar-gambar.
d. Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis.
e. Guru menanyakan alasan pengurutan gamabar.
f. Dari urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep.
g. Kesimpulan.

11. Cooreative script
Model ini cocok untuk mengembangkan pembelajaran berpasangan, rasa tanggung jawab dan memupuk kepercayaan diri.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh :
a. Guru membagi siswa berpasang-pasangan.
b. Guru membagi wacana untuk dibaca dan diringkas.
c. Guru/siswa menetapkan siapa yang pertama sebagai pembicara dan siapa sebagai pendengar.
d. Pembicara menyampaikan ringkasan dengan memasukan ide-ide pokok, sedangkan pendengar menyimak, mengoreksi, dan melengkapi.
e. Siswa bertukar peran antara pembicara dan pendengar.
f. Kesimpulan.

Beberapa contoh model pembelajaran kreatif dan inovatif ini diharapkan dapat membantu guru untuk menjalankan peran dan fungsinya sebagai tenaga pendidik yang profesional. Masing-masing model pembelajaran bisa diadaptasikan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat mengajar. Sekolah di daerah perkotaan tentu sangat berbeda dengan sekolah di pedesaan, didaerah terpencil dan terpencar. Untuk itu dibutuhkan kejelian dan kemampuan khusus guru agar bisa melaksanakan pembelajaran kontekstual dengan menerapkan model-model pembelajaran yang kreatif dan inovatif sesuai dengan kondisi yang ada.
Mudah-mudahan apa yang sudah dipaparkan ada manfaatnya dan dapat dimanfaatkan oleh mereka yang sangat membutuhkan dan tidak bisa diperoleh melalui diklat dan workshop.Oleh karena itu mari berbagi informasi demi peningkatan profesionalisme guru, apabila ada informasi baru atau yang mungkin berguna dengan senang hati akan diterima bisa melalui kontak email. Bravo ! GURU